Fase Sejarah Riset atau Penelitian Kualitatif
Di Amerika Utara, Denzin dan Lincoln (1117-1124 ; lihat juga “Notes” Taylor dan Wallace, 2007) mencatat, riset atau penelitian kualitatif mempunyai babakan atau fase sejarah yang cukup kompleks, yaitu :
a. Fase Traditional (1900-1950), fase heroik pekerja lapangan mengaitkan amatannya ke dalam kerangka realisme sosial, positivisme, dan objektivisme.
b. Fase Modernist atau golden age (1950-1970), para peneliti dalam kerangka kultur mengembangkan gagasan-gagasan emansipatoris ke dalam berbagai wacana subjek-riset yang tragis dan struktur kritik sosial ketika memakai bahasa positivisme dan postpositivism.
c. Fase Blurred Genres (1970-1986), diwarnai pendekatan naturalism, postpositivism dan constructivism, para periset kualitatif mulai menjadi sensitif pada kerja politik dan etik mereka, menghentikan keleluasaan mereka dalam menampilkan penafsiran subjektif, dan menghasilkan multiperspektif ‘thick descriptions’ melalui genre kesastraan.
d. Fase Crisis of Representation (1986-1990), riset dan pelaporannya menjadi penuh daya reflektif, langkah “politik” baru dalam tampilan otoritas tekstualitas dari pengetahuan empiris yang merepresentasikan “berbagai pengalaman kehidupan (the world of lived experience), riset lapangan dan penulisan yang bebas (fieldwork and writing blur), pemunculan penulisan sebagai sebuah metode (writing as a method of inquiry emerges)”.
e. Fase Postmodern Experimental Ethnographic Writing (1990-1995), peneliti merespons “triple crises” dari “representasi (representation), legitimasi (legitimation), dan eksperimen praksis (praxis experiment)” dengan cara mengambil langkah baru dalam menampilkan sosok ‘other’, fokus utama riset partisipatori dan “generating theory” dari khasanah “riset penyelesaian masalah dalam skala kecil (small – scale problem – solving research)” kedalam konteks lokal (in local contexts).
f. Fase Postexperimental Inquiry (1995-2000), peneliti memusatkan perhatian pada cara-cara baru dan mempolitisasi penggambaran “pengalaman kehidupan (lived experience)”, melalui “etnografis fiksional (fictional ethnographies), teks-teks multimedia, bentuk-bentuk visual, dan representasi-representasi multi-voiced,” dan seterusnya.
g. Fase Methodologically Contested Present (2000-2004), masa perdebatan dan pemunculan upaya deregulasi yang massif bagi riset kualitatif di kalangan konservatif, yang mengklaim sebagai “pembawa kebenaran” berdasar validitas riset.
h. Fase Immediate Future (2005-), para ilmuwan sosial menekankan pentingnya tujuan “keadilan sosial” di dalam dimensi penelitian, yang kemudian melahirkan berbagai keilmuan sosial yang mem”pribumi” (indigenous), dekolonisasi akademi melalui riset-riset kesarjanaan (graduate research) dan kultur di berbagai fakultas, para ilmuwan sosial mentransformasi institusi mereka melalui metodologi yang “membebaskan” (liberation methodology).
i. Fase Fractured Future, para akademisi bekerja dalam kerangka praksis politik, memunculkan generasi baru didalam hal etika, estetika, dan teleologis yang menglobalisasi dunia.
(Septiawan Santana K, 2010, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Kedua, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta).