Karya Tulis Kesehatan Gigi
PENGARUH BERKUMUR LARUTAN MADU TERHADAP INDEKS PLAK PADA IBU-IBU PKK DI DESA KRASAK RT 01/05 KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2009
INTISARI
Purnaningrum, D., 2009. “Pengaruh Berkumur Larutan Madu Terhadap Indeks Plak Pada Ibu-ibu PKK di Desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Tahun 2009” Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang.
Kata kunci : Berkumur dengan larutan madu, indeks plak gigi.
Madu mengandung antibiotik sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka. Sifat madu yang membunuh bakteri disebut efek inhibisi. Sifat ini meningkat dua kali lipat bila diencerkan dengan air. Plak merupakan penyabab langsung dari karies dan radang jaringan penyangga gigi. Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat adanya pengaruh berkumur larutan madu terhadap indeks plak gigi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada Ibu-ibu PKK di Desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara pada tanggal 8 Maret 2009 dengan subyak penelitian sebanyak 59 orang. Analisa data yang digunakan adalah kuantitatif untuk mengetahui pengaruh kedua variabel dan dilakukan uji data berpasangan (paired t test), signifikan uji ini apabila nilai p= 0.05 (tingkat kepercayaan 95 %) dengan bantuan program komputer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan indeks plak sesudah berkumur larutan madu yaitu sebesar 1,48 dengan rata-rata indeks plak pre test sebesar 2,61 dan rata-rata indeks plak post test sebesar 1,13. Hasil uji hipotesa didapatkan nilai p= 0,00 yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara berkumur larutan madu terhadap pembentukan plak. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa berkumur larutan madu dapat menurunkan nilai indeks plak gigi, kepada masyarakat khususnya ibu-ibu dapat memanfaatkan obat tradisional misalnya madu sebagai obat alternatif untuk mengurangi pembentukan plak gigi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madu mengandung antibiotik sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka. Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Walaupun madu termasuk makanan manis melekat, tetapi madu tidak seperti gula yang bisa merusak gigi, karena sisa-sisa gula yang tertinggal dalam rongga mulut, umumnya akan di pecah oleh bakteri yang ada dalam rongga mulut sehingga menjadi asam.
Sedangkan kandungan zat gula dalam madu terdiri dari levulose atau fruktosa dan glukosa yang mudah diserap oleh jaringan tubuh . Kandungan mineral yang tinggi pada madu mempunyai sifat basa (mengandung unsur alkali) sehingga dapat berfungsi sebagai desinfektan terhadap rongga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa madu mempunyai pengaruh terhadap pembentukan plak pada gigi (Purbaya, 2007). Menurut J.S.Van der Hoeven dalam Konig (1982) plak merupakan penyebab langsung dari karies dan radang jaringan penyangga gigi.
Bermacam-macam bakteri hidup pada plak gigi, yang satu dengan yang lain telah menyesuaikan diri dalam kehidupan berkelompok pada permukaan gigi. Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Telah diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menderita penyakit gigi yang salah satu awal penyebabnya adalah plak dan dirasakan sebagai suatu keadaan yang mengganggu. Dalam profil kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada pelita VI dilaporkan bahwa prevalensi karies adalah 90,90% (Depkes RI, 1999, cit Suhada, 2007).
Dengan demikian masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan kesehatan gigi dan diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan obat tradisional untuk pemeliharaan gigi dan mulut. Dari pengamatan peneliti sehari-hari, masyarakat desa Krasak RT 01/05, Kecamatan Pecangaan Jepara pada umumnya mengkonsumsi madu. Kebanyakan mereka tidak mengetahui bahwa madu bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut, salah satunya dengan cara berkumur madu yang di encerkan (± 15%) dapat menyembuhkan radang rongga mulut (Sarwono, 2001). Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 16 ibu-ibu PKK desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara dengan cara pemeriksaan, di dapatkan rata-rata status kebersihan gigi dan mulut adalah 1,3 dengan kriteria sedang. Dan angka prevalensi karies sebesar 72,7% dengan DMF-T rata-rata sebesar 1,7. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh berkumur larutan madu terhadap indeks plak pada ibu-ibu PKK di desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
B. Rumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Apakah ada pengaruh berkumur larutan madu terhadap indeks plak gigi pada ibu-ibu PKK di desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecanggan Kabupaten Jepara tahun 2009?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur larutan madu terhadap indeks plak gigi pada ibu-ibu PKK di desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata nilai indeks plak gigi sebelum berkumur larutan madu pada ibu-ibu PKK di desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
b. Mengetahui rata-rata nilai indeks plak gigi sesudah berkumur larutan madu pada ibu-ibu PKK di desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
c. Mengetahui penurunan rata-rata nilai indeks plak sebelum dan sesudah berkumur larutan madu pada ibu-ibu PKK di desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Madu
1. Pengertian Madu
Madu adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga yang disebut lebah atau tawon. Lebah penghasil madu ini termasuk dalam famili “apidae” dan yang paling banyak dibudidaya di Indonesia maupun diseluruh dunia adalah jenis lebah Apis Mallifera. Madu alami umumnya terbuat dari nektar yakni cairan manis yang terdapat di dalam mahkota bunga yang biasa diserap oleh lebah atau tawon, yang kemudian dikumpulkan dan disimpan di dalam sarangnya untuk diolah menjadi bahan persediaan makanan utama bagi mereka, seisi penghuni sarangnya (Purbaya, 2007).
2. Jenis-jenis Madu
Jenis-jenis madu yang dihasilkan oleh lebah atau tawon memang cukup banyak. Terlebih lagi bila ditinjau dari sari bunga atau nektar yang dimakan atau dibawa oleh lebah. Antara lain dikenal dengan sebutan: Madu bunga sepatu, calluna, linden, calliandra dan banyak lagi.
3. Kandungan Madu
Menurut penelitian para ahli, madu alami mengandung banyak mineral serta tujuh jenis vitamin B kompleks, juga terdapat vitamin C, dekstrin, pigmen tumbuhan, aminoacid (asam amino), protein, serta ester (yang berfungsi untuk membentuk enzim), dan komponen aromatik yaitu zat-zat atau unsur yang berfungsi sebagai pengharum. Beberapa kandungan mineral dalam madu adalah Belerang (S), Kalsium (Ca), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P), Klor (Cl), Kalium (K), Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon (Si), Natrium (Na), Molibdenum (Mo) dan Aluminium (Al). Kandungan mineral yang ada dalam madu alami, tergantung dari sari bunga yang dihisap. Kegunaan kalsium dan fosfor dalam madu sangat berguna bagi pertumbuhan tulang dan gigi (Rostita, 2007). Madu juga mengadung senyawa Lysozyn yang memiliki daya antibakteri, termasuk senyawa Inhibine, yang dapat bekerja sebagai desinfektan. Hal itulah yang menyebabkan madu alami dapat digunakan sebagai penyembuh luka (Purbaya, 2007).
4. Manfaat Madu
Manfaat madu terhadap kesehatan tubuh manusia dan kesehatan gigi dan mulut, antara lain :
a. Manfaat madu sebagai obat penyakit lambung atau alat pencernaan.
Kandungan zat mangan yang terdapat dalam madu sangat efektif untuk membantu proses pencernaan dan penyerapan bahan pangan. Selain itu juga dapat mengurangi derajat keasaman (pH), serta membantu mencegah terjadi perdarahan pada lambung ataupun usus (Purbaya, 2007).
b. Manfaat madu sebagai obat antibiotik.
Madu mempunyai daya anti bakteri yang baik untuk mengobati luka baru maupun lama, karena madu mempunyai daya pembunuh bakteri dalam spektrum atau jangkauan luas. Selain itu juga di dalam madu terdapat zat yang berfungsi sebagai barrier (penghalang atau pencegah), sehingga bakteri tidak dapat menembus ke dalam luka (Purbaya, 2007).
c. Madu sangat efektif untuk mencegah kerusakan gigi.
Madu tidak hanya mampu menghentikan bakteri di dalam mulut yang menyebabkan penebalan lapisan plak saja, namun juga dapat mengurangi kadar asam di dalam mulut (Hamad,2007).
d. Madu dapat digunakan sebagai obat penenang dan anestesi yang aman bagi bayi pada masa pertumbuhan giginya (Rostita,2007).
e. Madu memiliki efek sedaktif sehingga dapat menyebabkan tidur nyenyak.
Di dalam tubuh, madu dimetabolosir seperti halnya gula sehingga menyebabkan kadar sinotonin (suatu senyawa yang dapat meredakan aktivitas otak) dalam otak meninggi yang menginduksi pada relaksasi dan keinginan untuk tidur ( Sarwono, 2001).
5. Madu Bersifat Antibakteri Bahan anti bakteri yang terdapat dalam madu berguna sekali untuk membantu fungsi-fungsi tubuh di dalam mengatasi bakteri (kuman penyakit). Hal itu karena didalam madu terdapat senyawa hidrogen peroksidan dan fitonitrisi. Madu juga mengandung senyawa lysozine yang memiliki daya antibakteri, termasuk juga senyawa inhibine yang dapat bekerja sebagai desinfektan (Purbaya, 2007). Cara kerja madu sebagai anti bakteri adalah madu mengikat air sehingga bakteri kekurangan air untuk menggandakan diri. Water activity madu menghambat pertumbuhan bakteri, dan pH madu yang berkisar 3,2-4,5 cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan bakteri secara umum. Aktivitas antibakteri utama di madu adalah terkait dengan hidrogen peroksida yang terbentuk secara enzimatis. Tingkat hidrogen peroksida yang diproduksi bersifat antibakteri, namun tidak membahayakan jaringan tubuh. Berkumur madu encer (+ 15%) dapat menyembuhkan radang rongga mulut (Sarwono, 2001).
b. Plak
1. Definisi Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam air ludah akan diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit dan melekat erat pada permukaan gigi (Roeslan,2002). Menurut Depkes (1995) plak adalah lapisan tipis yang tak berwarna (transparan) tidak dapat dilihat dengan mata biasa, melekat pada gigi dan membentuk koloni atau kumpulan yang terdiri dari air liur, sisa-sisa makanan, jaringan mati, fibrinogen, mikroorganisme dan lain sebagainya. Untuk melihat plak digunakan zat pewarna yaitu disclosing solution.
2. Komponen Plak
Menurut Roeslan (2002) plak gigi bakterial mengandung 3 komponen fungsional yaitu :
a. Organisme kariogenik, terutama s.mutans, L.Acidophillus dan A. Viscocus.
b. Organisme penyebab kelainan periodontal khususnya bacteroides asaccha rolyticus (gingivitis) dan Actinobacillus.
c. Bahan adjuvan dan supresif adalah lipopolisakarisa, dekstan dan asam lipoteikoat. Plak juga terdiri dari mutans dan streptokokus sanguis yang ditandai oleh kemampuannya mensintesis sukrosa menjadi polisakarida ekstraseluler dan asam. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk asam (asidogenik) juga tahan terhadap asam (asidurik).
Menurut Houwink dkk (1993) plak supra dan sub gingival hampir tiga perempat bagian terdiri dari bakteri. Terbukti bahwa 1 mg plak mengandung kurang lebih 3 X 108 bakteri. Di samping bakteri plak mengandung glikoprotein dan polisakarida esktraseluler (PSE) yang bersama-sama membentuk matriks plak. Tambahan sisa-sisa sel epitel, granulosat, dan sisa-sisa makanan. Keadaan lingkungan seperti susunan ludah, substrat yang disediakan, konsentrasi zat asam, dan efektifitas pembersihan buatan dan fisiologis sangat mempengaruhi susunan flora. Oleh karena itu susunan plak berbeda dari tempat ke tempat.
Kebanyakan bakteri pada plak gigi adalah streptokokus dan aktinimisetes. Terutama dalam fisure terdapat streptokokus dalam presentase yang relatif tinggi daripada dalam plak aproksimal, dimana justru species actinomyces merupakan jumlah flora yang lebih besar.
d. Pengaruh Madu Terhadap Plak
Madu sangat efektif untuk untuk mencegah kerusakan gigi. Madu mengikat air sehingga bakteri kekurangan air untuk menggandakan diri. Water activity madu menghambat pertumbuhan bakteri, dan pH madu yang berkisar 3,2-4,5 cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan bakteri secara umum. Aktivitas antibakteri utama di madu adalah terkait dengan hidrogen peroksida yang terbentuk secara enzimatis. Tingkat hidrogen peroksida yang diproduksi bersifat antibakteri, namun tidak membahayakan jaringan tubuh. Berkumur madu encer (+ 15%) dapat menyembuhkan radang rongga mulut (Sarwono,2001). Sifat madu yang membunuh bakteri disebut efek inhibisi. Sifat ini meningkat dua kali lipat bila diencerkan dengan air. Kandungan mineral yang tinggi pada madu mempunyai sifat basa (mengandung unsur alkali) sehingga dapat berfungsi sebagai desinfektan terhadap rongga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa madu mempunyai pengaruh terhadap pembentukan plak pada gigi (Purbaya, 2007).
d. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak Ada Pengaruh Berkumur Larutan Madu Terhadap Indeks Plak pada Ibu-ibu PKK di Desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Tahun 2009.
Ha : Ada Pengaruh Berkumur Larutan Madu Terhadap Indeks Plak pada Ibu-ibu PKK di Desa Krasak RT 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Tahun 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu melihat hubungan antara suatu gejala dengan peristiwa yang mungkin akan timbul dengan adanya masalah tersebut. Data hasil penelitian menggunakan data kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif ke dalam data kuantitatif. Rancangan penelitian menggunakan metode eksperiment semu atau quasi eksperiment yaitu suatu eksperiment yang belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan sebenarnya, karena varibel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi serta tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas (Notoatmodjo, 2005).
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu PKK Desa Krasak Rt 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara yang berjumlah 59 orang.
c. Analisa Data Data hasil penelitian berupa nilai indeks plak yang berbentuk angka. Untuk mengetahui perubahan nilai indeks plak antara sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan analisa data kuantitatif yaitu data disajikan dalam bentuk tabel, analisis statistik yang digunakan adalah uji data berpasangan (paired t-test). Dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji t untuk sampel yang berpasangan) untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang bermakna nilai indeks plak antara sebelum dan sesudah perlakuan. Nilai kemaknaan atau signifikan uji ini apabila nilai p<0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Uji analisa statistik tersebut dilakukan dengan bantuan program komputer.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengambilan data penelitian yang berjudul Pengaruh Berkumur Larutan Madu Terhadap Indeks Plak Pada Ibu-ibu PKK di Desa Krasak Rt 01/05 Kecematan Pecangaan Kabupaten Jepara Tahun 2009 yang berjumlah 59 orang telah dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2009.
Hasil penelitian yang didapatkan data rata-rata indeks plak dan prosentase penilaian indeks plak pada 59 sampel sebelum berkumur larutan madu dan setelah berkumur larutan madu. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut :
Dari penelitian dapat diketahui jumlah sampel yang memiliki indeks plak sebelum berkumur larutan madu sebagian besar dalam kategori sedang yaitu 43 orang (72,88%), kategori baik yaitu 4 orang (6,78%), dan kategori buruk yaitu 12 orang (20,34%).
Dari penelitian dapat diketahui jumlah sampel yang memiliki indeks plak sesudah berkumur larutan madu sebagian besar dalam kategori yaitu baik yaitu 50 orang (84,4%), kategori sedang yaitu 9 orang (15,26%) dan kategori buruk 0 (0%).
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa ada penurunan nilai indeks plak gigi sesudah berkumur larutan madu yaitu sebesar 1,48 dengan nilai rata-rata indeks plak sebelum perlakuan sebesar 2,61 dan nilai rata-rata indeks plak sesudah perlakuan sebesar 1,13 .
Sesuai hasil uji statistik dengan menggunakan paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % ( α = 0.05 ), didapatkan hasil dengan nilai p = 0.00, karena p < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh berkumur larutan madu terhadap indeks plak pada ibu-ibu PKK di Desa Krasak Rt 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara tahun 2009.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata indeks plak gigi antara sebelum dan sesudah perlakuan pada ibu-ibu PKK di Desa Krasak Rt 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Nilai rata-rata indeks plak sebelum perlakuan adalah 2,61, termasuk dalam kategori sedang dan nilai rata-rata indeks plak setelah perlakuan adalah 1,13, termasuk dalam kategori baik.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan paired t test dengan tingkat kepercayaan 95 %, didapatkan hasil dengan nilai p = 0.00, karena p < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti ada pengaruh berkumur larutan madu terhadap indeks plak pada ibu-ibu PKK di Desa Krasak Rt 01/05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
Dengan hasil tersebut maka terlihat jelas bahwa berkumur larutan madu dapat menurunkan nilai indeks plak gigi. Salah satu pencegahan plak gigi dapat dilakukan secara kimiawi yaitu berkumur-kumur (Besford,1996). Madu sangat efektif untuk mencegah kerusakan gigi. Madu tidak hanya mampu menghentikan bakteri di dalam mulut yang menyebabkan penebalan lapisan plak saja, namun juga dapat mengurangi kadar asam di dalam mulut (Hamad,2007). Sifat madu yang membunuh bakteri disebut efek inhibisi, sifat ini meningkat dua kali lipat bila diencerkan dengan air (Purbaya, 2007). Menurut Sarwono (2001), Aktivitas antibakteri utama di madu adalah terkait dengan hidrogen peroksida yang terbentuk secara enzimatis. Tingkat hidrogen peroksida yang diproduksi bersifat antibakteri, namun tidak membahayakan jaringan tubuh. Berkumur madu encer (+ 15%) dapat menyembuhkan radang rongga mulut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan :
1. Rata-rata nilai indeks plak gigi pada ibu-ibu PKK di desa Krasak Rt 01/ Rw 05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara sebelum berkumur larutan madu adalah 2,61.
2. Rata-rata nilai indeks plak gigi pada ibu-ibu PKK di desa Krasak Rt 01/ Rw 05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara sesudah berkumur madu adalah 1,13.
3. Berkumur larutan madu berpengaruh terhadap indeks plak pada ibu-ibu PKK di desa Krasak Rt 01/ Rw 05 Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara, hal ini dapat dilihat adanya perubahan yang signifikan antara nilai indeks plak sebelum, dan sesudah berkumur larutan madu yang mengalami penurunan sebesar 1,48.
B.Saran
Sesuai dengan hasil penelitian di atas bahwa madu dapat menurunkan indeks plak. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin memberi saran sebagai berikut :
1. Ibu-ibu diharapkan lebih meningkatkan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan pembersihan plak gigi.
2. Ibu-ibu diharapkan dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan obat tradisional terutama madu.
DAFTAR RUJUKAN
Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua (terj.), Arcan,
Jakarta. Depkes, RI., 1983, Pedoman Guru / Instruktur Pendidikan Kependudukan di Dekolah Menengah, Akademi dan Latihan tenaga
Departemen Kesehatan, Jakarta. , 1995, Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Balita dan Anak Prasekolah Secara Terpadu di RS dan Puskesmas,
----------Jakarta. , 1996, Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah,
----------Jakarta. , 2000, Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Kesehatan Keluarga, Jakarta.
Forrest, J.O., 1991, Pencegahan Penyakit Mulut (terj.), Hipokrates, Jakarta.
Hamad, S., 2007, Terapi Madu, Resep Praktis Untuk 84 Penyakit Plus Untuk Stamina Mental, Pustaka II Man, Jakarta.
Houwink, B., Dirks, O.B., Cramwincklel A.B., Crielaers, P.J.A., Dermaut, L.R., Eijkman, M.A.J., Huis In’t Veld, J.H.J., Konig, K.G., Moltzer, G., Helderman V.H., Pilot, T., Roukema, P.A., Schautteet, H., Tan, H.H., Velden-Veldkamp, M.I.V.D., Woltgens, J.H.M, 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ircham, Ediati S., Sidarto S., 1993, Penyakit-penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan Perawatannya, Liberty, Yogyakarta.
Konig, K.G, H. Hoogendoorn, 1982, Prevensi Dalam Kedokteran Gigi dan Dasar Ilmiahnya (terj.), Indonesia Dental Industries, Jakarta.
Nio, Bhe. K., 1987, Preventif Dentistry, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, Bandung.
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta.
Pratiwi, Donna, 2007, Gigi Sehat Merawat Sehari-hari, Kompas, Jakarta. Purbaya,
J.Rio, 2007, Mengenal Madu Alami, Pionir Jaya, Bandung.
Roeslan, B.O., 2002, Imunologi Oral Kelainan di dalam Rongga Mulut, FKUI, Jakarta.
Rostita, 2007, Berkat Madu Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas, PT Mizan Pustaka, Bandung.
Sarwono, B., 2001, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu, Agro Media Pustaka, Jakarta. 1stholistic.com
Srigupta, Aziz Ahmad, 2004, Perawatan Gigi dan Mulut, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Sriyono, N.W., 2005, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medica Fakultas Kedokteran UGM, Jogjakarta. Suhada, Y.F., 2007, Pengaruh Berkumur dengan Daun Sirih Terhadap Pembentukan Plak Pada Anak Usia Sekolah Dasar di SD Banyuputih 04 Jepara Tahun 2007, Jurusan Kesehatan Gigi, Semarang.
Suwelo, I.S., 1992, Karies Gigi pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi, EGC, Jakarta.
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Dyah Purnaningrum dilahirkan di Jepara, tanggal 04 September 1986, anak kelima dari tujuh bersaudara pasangan bapak Sriwanto dan ibu Riwayatun. Pendidikan pertama di mulai dari TK. Tunas Harapan yang ditempuh selama 2 tahun dan tamat tahun 1993, dilanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri Krasak 01 dan tamat tahun 1999. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMP Negeri 1 Pecangaan, tamat tahun 2002, kemudian dilanjtkan di SMA Negeri 1 Mayong dan tamat tahun 2005. Sebelum melanjutkan ke Perguruan Tinggi peneliti pernah bekerja selama 1 tahun, kemudian tahun 2006 peneliti memulai pendidikannya lagi di Politeknik Kesehatan Depkes Semarang Jurusan Kesehatan Gigi. Berkat doa dan dorongan dari kelurga, Insya Allah peneliti dapat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2009 dengan hasil yang sangat memuaskan. (Amin)