Karya Tulis Kesehatan Gigi (4)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
PENGARUH MADU TERHADAP pH SALIVA
PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
KELAS V SD NEGERI GENENG 03 BATEALIT JEPARA
TAHUN 2009

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Kepada
Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
Diploma III Kesehatan Gigi






Disusun Oleh :
APRIYANI
P17425006387

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
SEMARANG
2009

INTISARI

Apriyani, 2009. Pengaruh Madu Terhadap pH Saliva Pada Anak Usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Depkes Semarang. 
Penguji : Irmanita Wiradona, Sulur Joyo Sukendro, Endah Aryati Eko Ningtyas.

Kata Kunci : Madu, pH Saliva
Salah satu cara yang digunakan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah dengan mengkonsumsi madu alami, hal ini dikarenakan kandungan zat antibakteri, zat antibiotik sekaligus desinfektan yang terdapat di dalam madu alami sangat efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam mulut dan juga kaitannya dengan pH saliva. Kandungan mineral yang tinggi di dalam madu alami terbukti mampu mengubah pH saliva yang semula asam menjadi basa sehingga secara otomatis kesehatan gigi dan mulut akan terjaga. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Madu Terhadap pH Saliva Pada Anak Usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah experiment research. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah quasi eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara sebanyak 32 siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Alat ukur yang digunakan adalah pH strip, tujuannya untuk mengetahui pengaruh madu terhadap pH saliva dilakukan uji regresi linier sederhana dengan bantuan pengolahan statistik menggunakan program di komputer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh madu terhadap pH saliva dengan p-value β0=0,000 dan p-value β1=0,001 sedangkan nilai R square pH saliva sebesar 31,5 %. Rerata nilai pH saliva tanpa madu lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan madu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh madu terhadap pH saliva. Untuk mempertahankan kesehatan gigi dan mulut siswa, orang tua dan masyarakat sekitar harus mencegah penyakit gigi dan mulut, salah satunya dengan mengkonsumsi madu.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Nilai kalori yang terkandung dalam madu alami, memang sangat tinggi, dan yang menyebabkan nilai tingginya nilai tersebut adalah gula atau rasa manisnya. Tetapi, tingginya kandungan gula di dalam madu alami bukan berarti mempunyai sifat seperti sukrosa, sebab sukrosa biasa dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama dapat menyebabkan kerusakan pada gigi. Khususnya, pada masyarakat yang umumnya suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis yang bisa merusak gigi. Karena sisa-sisa dari gula yang tertinggal dalam rongga mulut, umumnya akan diuraikan oleh bakteri yang ada di dalam mulut. Sehingga menjadi asam dan proses selanjutnya adalah timbulnya kerusakan gigi akibat dari sisa-sisa gula yang berubah menjadi asam. Sedangkan keadaan seperti itu tidak akan terjadi bila yang diminumnya adalah madu alami, karena di dalam madu terdapat daya antibakteri yang berpotensi basa (Purbaya, 2007).
Di samping mempunyai daya antibakteri, madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi. Madu sangat asam sehingga tidak cocok untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Madu menghasilkan hidrogen peroksida yang merupakan antiseptik luar biasa. Proses osmosis di dalam madu membasmi bakteri. Kandungan gizi dalam madu yang terdiri dari asam amino, karbohidrat, protein serta beberapa jenis vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mudah diserap sel-sel tubuh. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit (Rostita, 2007).
Menurut Rostita (2007), madu adalah disinfektan ringan sehingga mampu menyembuhkan radang tenggorokan. Cairan manis ini bisa pula meningkatkan produksi saliva atau cairan ludah yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teriritasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh madu terhadap pH saliva pada siswa kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara?".

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh madu terhadap pH saliva pada siswa kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pH saliva tanpa minum madu.
b. Mengetahui pH saliva setelah minum madu.
c. Mengetahui pengaruh madu terhadap pH saliva.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. TELAAH PUSTAKA
1. Madu
a. Pengertian Madu
Madu alami (Natural Honey) adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga, yang disebut Lebah atau Tawon. Madu alami umumnya terbuat dari Nektar, yakni cairan yang terdapat di dalam mahkota bunga yang biasa diserap oleh lebah atau tawon, yang kemudian dikumpulkan dan disimpan di dalam serangga (Purbaya, 2007).
Bentuk madu berupa cairan kental seperti sirup. Karena berasal dari bunga tanaman yang berbeda-beda, warna, aroma, rasa madu hasil pengentalan nektar juga berbeda-beda. Warna madu bervariasi. Ada yang putih, kuning kecoklatan, merah kecoklatan, dan ada pula yang kehitaman. Variasi madu itu sangat tergantung pada komposisi zat warna yang terkandung dari nektar bunganya. 
b. Kandungan Madu
Menurut Purbaya (2007) kandungan asam organik dalam madu antara lain asam glikolat, asam format, asam laktat, asam sitrat, asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam tartarat. Madu mengandung 17% air, 40% levulose (gula buah/fruktosa), 34% dektrose (gula dari buah anggur), 2% sukrose, 2% dekstrin, dan sejumlah silikon, cu (kuprum/tembaga), mangan, clhorine (klorin), kalsium, kalium, (potasium), fosfor (phosphor), sulfur (belarang), magnesium, ferum (zat besi).
Madu juga mengandung fitokimia, yaitu zat-zat kimia yang terdapat dalam berbagai jenis tumbuhan dan bahan makanan yang dapat memusnahkan virus, bakteri dan jamur. Madu juga mengandung senyawa radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme patogen (Purbaya, 2007).
c. Kegunaan Madu
Menurut Purbaya (2007) manfaat madu terhadap kesehatan tubuh manusia dan kesehatan gigi dan mulut antara lain:
1) Sebagai desinfektan terhadap rongga mulut, karena kandungan mineral yang tinggi pada madu alami itu mempunyai sifat basa (mengandung unsur alkali).
2) Obat sariawan, dengan cara berkumur dengan madu yang telah dicampur air hangat.
3) Menyembuhkan radang dan luka-luka di rongga mulut.
4) Menyembuhkan bibir pecah-pecah atau terkelupas, dengan cara dioleskan di kulut bibir.
5) Obat sakit gigi (campurkan satu sendok teh bubuk kayu manis dan lima sendok teh madu).
6) Pertumbuhan tulang dan gigi (kalsium dan fosfor).
7) Sebagai pembersih gigi dan gusi; mencegah osteoporosis; mengatasi rasa pusing; memperkuat sel darah putih; mengobati infeksi saluran kencing; masuk angin; penyakit anemia; mengurangi berat badan; dan membersihkan darah; aman untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes di bawah pengawasan dokter; penderita maag; jantung koroner; paru-paru; mata; menambah keindahan kulit; dan menambah keindahan rambut; selain itu juga untuk masakan (Rostita, 2007).

2. pH (Derajat Asam)
Derajat asam suatu larutan dinyatakan dalam pH : ini adalah logaritma negatif konsentrasi H¯= log (H*) yang pada suhu 25ºC untuk suatu larutan netral yang sama dengan 7 (Amerongen, 1991).
Keasaman diukur dalam satuan yang disebut pH. Skala pH berkisar dari 0-14 dengan perbanduingan terbalik, dimana makin rendah nilai pH, makin banyak asam dalam larutan. Sebaliknya, meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam larutan. Air murni mempunyai mempunyai pH 7. Air liur secara normal sedikit asam, pHnya 6,5 (Besford, 1996). 

3. Saliva
a. Pengertian Saliva
Menurut Amerongen (1991), cairan mulut adalah nama kelompok cairan-cairan yang oleh kelenjar ludah dikeluarkan didalam rongga mulut dan disebarkan dari peredaran darah melalui celah diantara gigi dan gusi, yaitu sulkus gingivalis. Jumlah dan susunannya sangat menentukan bagi kesehatan mulut. Terutama ditinjau dari sudut patologi mulut, cairan mulut sangat penting pertalian dalam proses biologis. Yang terjadi dalam rongga mulut, jika terjadi pergeseran dalam sifat ludah maka hal tersebut akan terungkap dalam salah satu atau lebih proses. Proses berikut merupakan perlindungan permukaan mulut, baik mukosa maupun elemen gigi geligi pengaturan pengaturan kandungan air, pengeluaran produk-produk metabolisme organisme sendiri dan dari mikro organisme pencernaan makanan dan kesadaran pengecap, deferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel, dan saraf.
Sedangkan menurut Machfoedz (2005), Ludah (Saliva) adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut terletak di bawah lidah, di bawah otot pipi dan di bawah langit-langit.

4. Hubungan Madu Murni Dengan pH saliva 
Menurut Amerongen (1991) kecepatan sekresi ludah langsung mempengaruhi derajat asam (pH) dalam mulut, kecepatan sekresi dipengaruhi oleh jenis dan sifat rangsangan rasa manis dan asam. Madu alami mempunyai rasa yang manis.

B.    HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti
Ho : Tidak ada pengaruh madu terhadap pH saliva pada anak usia sekolah dasar kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara.
Ha : Ada pengaruh madu terhadap pH saliva pada anak usia sekolah dasar kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen atau percobaan (experiment research) adalah kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Data hasil penelitian menggunakan data kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah data kualitatif ke dalam data kuantitatif. Rancangan penelitian menggunakan metode eksperimen semu atau quasi eksperiment yaitu suatu eksperimen yang belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi serta tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan rancangan penelitian dengan pendekatan cross sectional. Rancangan dalam penelitian ini memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kelompok kontrol yang minum madu dan tidak minum madu pada saat yang bersamaan terhadap pH saliva. 

B.    SUBJEK PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara tahun ajaran 2009 dan diambil sampel berjumlah 32 anak. Alasannya karena mereka diharapkan mampu bekerjasama (kooperatif). Selain itu, mereka mempunyai waktu yang lebih longgar dibandingkan kelas VI yang akan melaksanakan ujian sekolah. Sedangkan untuk kelas I-IV, gigi permanennya belum tumbuh secara sempurna dan dikhawatirkan mereka belum mengerti perlakuan yang diberikan oleh peneliti sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya proses penelitian. Teknik pengambilannya dengan total sampling.
C.    ANALISA DATA
Data hasil penelitian adalah nilai pH saliva yang minum madu alami dan tidak minum madu alami yang akan dilakukan analisa data kuantitatif yaitu data disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dilakukan uji Regresi Linier Sederhana. Nilai kemaknaan atau signifikan uji ini apabila nilai p<0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Uji analisa statistik tersebut dilakukan dengan bantuan program komputer.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Februari 2009 terhadap anak usia Sekolah Dasar kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara sebanyak 32 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok. Semua siswa diminta untuk makan makanan yang diberikan oleh peneliti dan ditunggu sampai 45 menit. Kelompok I mendapat perlakuan dengan minum madu alami kemudian meludah ± 1 cc ke dalam cawan plastik dan diukur skor pH saliva. Sedangkan kelompok II meludah ± 1 cc ke dalam cawan plastik dan diukur skor pH salivanya. Dengan hasil perlakuan sebagai berikut : Frekuensi pH Saliva tanpa pemberian madu pada anak usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara 2009. Frekuensi tanpa pemberian madu pada anak usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara 2009 antara yang mempunyai nilai pH saliva bersifat netral dan basa adalah sama besarnya yaitu (43.75%). Sedangkan 2 responden (12,5%) mempunyai nilai pH saliva yang bersifat asam. Untuk rata-rata nilai pH saliva tanpa pemberian madu sebesar 6,775. Frekuensi yang paling besar untuk pH saliva setelah pemberian madu pada anak usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara 2009 adalah yang mempunyai nilai pH saliva basa yaitu 11 responden (68,75%). Untuk rata-rata nilai pH saliva setelah pemberian madu sebesar adalah 7,363. Dari ouput hasil pengolahan statistik menggunakan program di komputer didapatkan nilai t hitung adalah 3,713 dan p-value = 0,001. Dari table statistik t didapatkan t 30; 0,05 = 1,645. Karena nilai t hitung > t table dan p-value < 0,05, maka H0 ditolak dan menerima Ha. Sehingga artinya nilai β1 = 3,713 adalah signifikan. Nilai ini menunjukkan ada pengaruh pemberian madu terhadap pH saliva sebesar 31,5 %.

B.     PEMBAHASAN
Hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi tanpa pemberian madu pada anak usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara 2009 antara yang mempunyai nilai pH saliva bersifat netral dan basa adalah sama besarnya. Sedangkan frekuensi yang paling besar untuk pH saliva setelah pemberian madu adalah yang mempunyai nilai pH saliva basa. Hasil pengolahan statistik menggunakan program komputer sebesar 31,5 % variasi nilai menunjukkan ada pengaruh pemberian madu terhadap pH saliva, untuk mempertahankan agar pH saliva tetap basa dapat dilakukan dengan mengatur pola makanan yang dapat menyebabkan pH saliva menjadi asam. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah pemberian madu berpengaruh terhadap pH saliva, yaitu skor pH saliva mengalami peningkatan menjadi basa sehingga terjadi kenaikan jumlah responden dengan kriteria pH saliva basa. Menurut Amerongen (1991) kecepatan sekresi ludah langsung mempengaruhi derajat asam (pH) dalam mulut, kecepatan sekresi dipengaruhi oleh jenis dan sifat rangsangan rasa manis dan asam. Madu alami mempunyai rasa yang manis. Setelah madu masuk ke dalam rongga mulut akan bercampur dengan saliva dalam rongga mulut dan sifat madu yang dapat membunuh mikroorganisme pathogen dapat menurunkan jumlah bakteri dalam rongga mulut sehingga derajat keasaman dapat meningkat. Madu sendiri yang sifat awalnya asam (pH 3,65) dapat berpotensi menjadi basa dikarenakan kandungan mineralnya yang tinggi (Rostita, 2007).

BAB V
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak usia sekolah dasar kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Frekuensi pH saliva sebelum minum madu adalah netral dan basa. Sedangkan untuk rata-rata nilai pH saliva tanpa pemberian madu sebesar 6,775.
2. Frekuensi pH saliva setelah minum adalah basa. Sedangkan untuk rata-rata nilai pH saliva tanpa pemberian madu sebesar 7,363.
3. Ada pengaruh sebesar 31,5% pada pemberian madu terhadap pH saliva, untuk mempertahankan agar pH saliva tetap basa dapat dilakukan dengan mengatur pola makanan yang dapat menyebabkan pH saliva menjadi asam.

B.    SARAN
Setelah melakukan penelitian pada anak usia Sekolah Dasar Kelas V SD Negeri Geneng 03 Batealit Jepara 2009, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Peneliti memberikan penyuluhan kepada orang tua dan anak usia Sekolah Dasar agar lebih meningkatkan mengkonsumsi madu untuk kesehatan gigi dan mulut serta kesehatan tubuh sejak usia dini.
2. Anak-anak diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut, salah satunya dengan mengkonsumsi madu untuk mencegah gigi berlubang.
3. Masyarakat sekitar diharapkan mengetahui manfaat madu bagi kesehatan gigi dan mulut serta menghilangkan anggapan bahwa madu menyebabkan kerusakan pada gigi

DAFTAR RUJUKAN
Amerongen, A. Van Nieuw, 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Besford, J. 1996, Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua. Arcan. Jakarta. Depkes RI. 2000, Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI. Depkes RI. Jakarta.

Houwink, B., Dirks, O.B., Cramwincklel A.B., Crielaers, P.J.A., Dermaut, L.R., Eijkman, M.A.J., Huis In’t Veld, J.H.J., Konig, K.G., Moltzer, G., Helderman V.H., Pilot, T., Roukema, P.A., Schautteet, H., Tan, H.H., Velden-Veldkamp, M.I.V.D., Woltgens, J.H.M, 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Machfoedz, I., 2005, Menjaga Kesehatan Gigi Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil. Fitramaya. Yogyakarta.

Mustikarini, Ratna, 2008, Pengaruh Berkumur dengan Larutan Gula Pasir dan Larutan Madu Terhadap pH Saliva Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang Tahun 2008, Jurusan Kesehatan Gigi Semarang.

Notoadmojo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pratiwi, Donna, 2007, Gigi Sehat Merawat Sehari-hari, Kompas, Jakarta.

Purbaya, J.Rio, 2007, Mengenal Madu Alami, Pionir Jaya, Bandung.

Rostita, 2007, Berkat Madu Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas, PT Mizan Pustaka, Bandung.

Suwelo, I.S. 1992, Karies Gigi Pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi. EGC. Jakarta.

RIWAYAT HIDUP
Apriyani dilahirkan di Jepara, tanggal 31 Oktober 1988, anak bungsu dari empat bersaudara, pasangan Bapak Soetopo AF dan Ibu Suwaedah. Pendidikan pertama di mulai dari TK Aisyah Bustanul Athfal 03 Banyuputih, pendidikan dasar di SDN 02 Banyuputih, dilanjutkan di SMP N 1 Pecangaan, dan SMA N 1 Pecangaan. Tamat SD 2000, SMP 2003, SMA 2006. Pendidikan berikutnya ia tempuh di Politeknik Kesehatan Depkes Semarang Jurusan Kesehatan Gigi. Berkat do’a restu serta dorongan belajar dari kedua orang tua dan kakaknya ia dapat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Tahun 2009 dengan hasil yang memuaskan (Insya Allah).

Artikel Lainnya:

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :