Dalam pembelajaran orang dewasa, proses belajar cenderung meningkat bila materi yang disampaikan relevan dengan kebutuhan dan dapat diterapkan. Dengan demikian, penggunaan metode ceramah saja tanpa diikuti metode lain yang dapat digunakan untuk mempraktekkan meteri pelajaran maka akan membosankan dan menurunkan minat belajar.
Metode ceramah dan metode simulasi atau bermain peran bila dikombinasikan akan melatih kompetensi siswa dari tingkat pemahaman ke tingkat penerapan dan analisis, bahkan ketingkat evaluasi. Melalui perpaduan ceramah dan simulasi atau bermain peran, belajar bukan lagi suatu proses teoritis tapi berubah menjadi proses praktis atau dengan kata lain dari proses hanya mendengar menjadi proses aplikasi dan pemecahan masalah.
Bentuk Simulasi :
1. Peer Teaching, adalah latihan mengajar dengan menggunakan teman sendiri sebagai siswa yang diajar.
2. Role Playing (bermain peran), adalah latihan yang memindahkan atau menyederhanakan peristiwa yang sesungguhnya kedalam ruang kuliah. Dalam bermain peran siswa diberi peran seperti dalam sebuah sandiwara. Melalui cara ini siswa diharapkan mengalami dan menelusuri berbagai perasaan, keterampilan dan tahap dalam menyelesaikan masalah.
3. Game (permainan), adalah latihan yang dapat meningkatkan pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor dan afektif. Dalam permainan, pemain berkompetisi untuk meraih angka tertinggi. Untuk kelancaran permainan biasanya dibuat peraturan permainan.
Sumber Tulisan :
Lily Budiardjo, 2006, Hakikat Metode Instruksional, Buku Acuan, Program Pekerti, P2P Universitas Negeri Jakarta.