Pengertian Doping dan Alasan Penggunaan Doping Pada Atlet
Doping berasal dati kata dope, yaitu campuran candu dengan narkotika yang pada awalnya digunakan untuk pacuan kuda di Inggris. Selanjutnya para ahli memberikan definisi doping sebagai berikut :
1. Doping adalah pemberian obat / bahan secara oral / parenteral kepada seorang olahragawan dalam kompetisi, dengan tujuan utama meningkatkan prestasi secara tidak wajar (Richard V.Ganslen).
2. Doping adalah pemberian / penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi.(International Conggress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964).
Meskipun doping dilarang dalam dunia olahraga, kasus doping terus saja ditemukan. Ada beberapa alasan mengapa para olahragawan atau atlet menggunakan doping :
1. Aspek Psikososial
Setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah lagi apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan pelanggaran tersebut.
2. Kepribadian
Individu yang memiliki konsep diri maupun harga diri negatif atau rendah, dalam menghadapi situasi kompetitif, memiliki kecenderungan mencari keuntungan pribadi dengan jalan menggunakan cara yang tidak sehat, salah satunya adalah dengan menggunakan doping.
3. Lingkungan Sosial Individu
a. Nilai Sosial Kemenangan
Dalam setiap kompetisi, kemenangan, prestasi, atau medali terkadang menjadi satu-satunya idaman setiap individu atau kelompok tanpa mempertimbangkan hal-hal lain sehingga memungkinkan atlet menghalalkan segala cara, termasuk doping.
b. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat juga merupakan stresor yang cukup berarti. Kekalahan dalam bertanding selalu mendapat respon dari masyarakat baik berupa cacian, kritikan, amukan bahkan kemarahan yang tidak proporsional, sehingga yang ada dibenak atlet adalah harus "menang" dalam setiap event yang diikutinya.
c. Lingkungan Pemain
Keinginan menang memang memang selalu ada dalam lingkungan pemain, baik pelatih maupun official bahkan keluarga, sehingga dapat melahirkan keinginan dan rasa tanggung jawab yang tak terkontrol. Pemain merasa sungkan dan takut pada atasan jika kalah dalam bertanding sehingga terjadilah kasus doping.
4. Kurangnya informasi tentang bahaya penggunaan doping bagi diri sendiri dan orang lain.
5. Ketatnya persaingan.
6. Komersialisasi, para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi gencarnya tawaran obat-obatan dari produsen.
7. Propaganda, persaingan merebut bonus misalnya, merupakan salah satu pendorong bagi atlet untuk dapat merebut predikat terbaik pada setiap event yang dihadapi, yang sayangnya terkadang dengan menghalalkan segala cara, termasuk menggunakan doping.
8. Frustasi karena latihan yang telah dilakukannya tidak kunjung membuahkan prestasi.
Sumber ;
Djoko Pekik Irianto, 2007, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan, Penerbit Andi, Yogyakarta