Mengenai perawatan endodontik, prinsip yang berlaku yaitu pembuangan jaringan yang terinfeksi atau eliminasi kuman, preparasi dan sterilisasi saluran akar, serta pengisiannya sudah lama diterapkan dan masih berlaku sampai sekarang.
Karena itu perawatan mumifikasi yang ternyata masih banyak dilakukan oleh praktisi, seharusnya tidak dilakukan lagi, kecuali dalam keadaan darurat, karena sebetulnya menyalahi dasar ilmiah perawatan endodontik.
Mengingat kesadaran masyarakat untuk memeriksa penyakitnya sedini mungkin masih kurang dan datang dalam keadaan parah, serta umumnya minta giginya dicabut perawatan endodontik sebaiknya lebih dipopulerkan. Apalagi jika dimaklumi bahwa pencabutan gigi tidak menyelesaikan masalah, dan ada ucapan bahwa satu gigi hilang tujuh gigi disekitarnya akan berada dalam keadaan bahaya.
Sebetulnya untuk semua perawatan konservasi gigi, prioritas utama seharusnya ditujukan untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa, dan isi saluran akar yang paling baik adalah jaringan pulpa itu sendiri (Plasschaert, 1983). Karena itu semua tindakan dalam pelayanan konservasi gigi selalu ditujukan ke arah hal yang sama, mulai dari diagnosis, preparasi kavitas, dan penumpatan.
Dalam lingkup perawatan endodontik, diagnosis adalah mutlak penting karena dengan diagnosis yang tepat perawatan yang akurat dapat direncanakan. Termasuk dalam hal ini adalah perawatan pulp capping, yang juga termasuk perawatan endodontik dan memerlukan analisis rasa sakit dengan teliti dalam menentukan apakah jaringan pulpa dapat dipertahankan ataukah harus dikorbankan (Sundoro, 1984).
Untuk menanggulangi penyakit, prinsip terapi yang utama adalah menghilangkan penyebab. Karena dalam Endodontic Treatment atau perawatan saluran akar (root canal treatment) penyebab utama umumnya berada dalam saluran akar, eliminasi kuman dan preparasi kavitas yang ditujukan untuk membersihkan saluran akar juga sudah dikembangkan. Demikian pula cara-cara pengisiannya sehingga diperoleh pengisian hermetis baik ke lateral maupun ke apeks, sehingga sisa kuman yang mungkin masih ada tidak diberi kesempatan untuk berkembang biak.
Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut, dikembangkan teknologi endodontik. Antara lain dengan alat-alat seperti apex locator dan RVG yang dapat menentukan panjang kerja sehingga preparasi tidak melampaui apeks. Demikian pula alat-alat saluran akar dengan prinsip mekanik, sonik, dan ultrasonik juga dikembangkan untuk memudahkannya. Selanjutnya teknik endodontik bedah dan cara-cara restorasi gigi sesudah perawatan saluran akar juga dikembangkan. Semua ini tentu saja ditujukan untuk memperoleh hasil yang optimal dan tujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam mulut dapat dicapai.
Sumber Tulisan :
Edi Hartini Sundoro, Perkembangan dan Peningkatan Profesionalisme Pelayanan Konservasi Gigi Dalam Era Globalisasi Menuju Indonesia Shat 2010, Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia PDGI (Journal of the Indonesian Dental Association), Edisi Nomor 4 Tahun Ke-49 Desember 1999.