Koruptor Tidak Punya Hati Nurani ditulis oleh Ema Sulistyorini
Korupsi menjadi bahan pembicaraan yang tidak asing lagi. Mulai dari kasus lama yang tidak tau lanjutannya apa, sampai kasus kasus baru yang datang.
Dan tampaknya sudah tidak ada orang “gila” lagi yang berani melawannya. Korupsi itu ibarat rambut,di pangkas sampai habis pun tetap tumbuh. Enggak ngeliat cuaca, mau musim kemlaratan melanda maupun musim basah pun tetap jalan aja.. itulah korupsi. Kalo ibaratnya lagu “ mau dibawa kemana” negeri ini? Dimana mana korupsi!! Bukan hanya korupsi uang, tapi korupsi waktu pun juga ada.
Berfikir apa mereka para koruptor sebenarnya? Hanya memikirkan keserakahan saja, koruptor tidak punya hati nurani. Bahkan uang buku untuk para siswa pun dikorupsi. Bahkan uang “BOS” untuk para siswa berprestasi dan tidak mampu tak luput dari kekejian mereka.
Kadang saya juga bertanya tanya tentang adanya jalur mandiri. Dengan dalih calon mahasiswa yang tidak lolos dalam jalur umum dapat masuk dengan mendaftar jalur mandiri. Tapiiiiii….. mereka harus membayar lebih dari biaya umumnya. Bahkan ada yang bilang “ jika ada yang berani bayar mahal pasti diterima. Korupsi macam apalagi ini?? Sulit dipercaya jika dunia pendidikan masuk menjadi nominasi anggota korupsi. Benar benar tak ada kata pantas pantasnya.
Hal seperti ini sudah menjadi maklum dan hal biasa bagi warga Indonesia. Akibatnya pun berimbas pada rakyat sendiri. Seperti kita lihat dari segi ekonomi pun sudah tanpak. Alokasi dana pemerintah untuk rakyat pun tersendat akibatnya. Dan program-program pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya pun tak terpenuhi. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana caranya meminimalisir korupsi di Indonesia. Jalan terbaik menurut saya adalah hukuman mati bagi koruptor dan miskinkan koruptor semiskin miskinnya.(95+).