Puisi Krawang-Bekasi ini sangat populer sekali, sebagian besar penduduk ini mestinya tahu tentang Puisi Krawang-Bekasi yang merupakan puisi Karya Chairil Anwar dimasa perjuangan.
Berikut ini bait Puisi Krawang-Bekasi :
-------------------------------------------
Chairil Anwar |
Kami kini terbaring antara Krawang-Bekasi.
Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami.
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara dalam hening di malam sepi.
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak.
Kami mati muda, yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa.
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan.
Tapi adalah kepunyaanmu.
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang yang berserakan.
Ataukah jiwa kami yang melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan.
Atau tidak untuk apa-apa.
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata.
Kaulah sekarang yang berkata.
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi.
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak .
Kenang-kenanglah kami.
Teruskan, teruskan jiwa kami.
Menjaga Bung Karno.
Menjaga Bung Hatta.
Menjaga Bung Syahrir.
Kami sekarang mayat.
Berilah kami arti.
Berjaga terus digaris batas pernyataan dan impian.
Kenang-kenanglah kami.
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu.
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.
----------------------------------------
Itulah Puisi Krawang-Bekasi, yang menggambarkan perjuangan pejuang-pejuang kita dengan taruhan nyawa untuk merdeka. Tapi kini perjuangan mereka telah dikotori anak-anak negeri yang tamak akan harta menghancurkan Indonesia dengan menjadi maling bermerk korupsi. Bencilah para koruptor tanamlah kebencian itu hingga relung hatimu, ingatlah jasa pahlawan-pahlawan kita dan bangkit membangun negeri ini.