Pengertian Rasa Sakit, Jenis Rasa Sakit, Rasa Sakit Gigi dan Penyebab Rasa Sakit Gigi
Istilah rasa sakit dapat diartikan sebagai perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu, yang tampak dari keluhan rasa sakit yang dirasakannya seperti tidak enak badan dan sebagainya (Muhzam, 1995).
Rasa sakit sebagaimana dituliskan oleh International Association for Study of Pain adalah pengalaman sensoris atau emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan potensi maupun kerusakan jaringan yang sebenarnya, atau dideskripsikan sebagai kerusakan tersebut, ada dua jenis rasa sakit yaitu:
Rasa sakit akut merupakan rasa sakit yang baru saja muncul dan kemungkinan dalam jangka waktu yang terbatas, rasa sakit ini biasanya berawal di dekat area tubuh yang telah mengalami luka. Pada kasus rasa sakit akut, kebenaran rasa sakitnya tidak dipertanyakan, seperti rasa sakit gigi yang jelas menunjukkan bukti fisik bahwa ada kerusakan jaringan, dalam hal ini kebenaran rasa sakit adalah nyata, hal ini disebabkan rasa sakit ditransmisikan dari syaraf, melalui tulang belakang, menuju otak. Ketika ada kerusakan jaringan akibat luka, benturan, patah tulang, atau bengkak, sinyal – sinyal tertentu dikirim melalui urat – urat syaraf yang berbeda, oleh karena itu rasa yang dirasakan akan memiliki karakteristik yang spesifik. Rasa sakit tersebut dapat berupa rasa perih atau denyut rasa sakit (nyeri), terasa tajam atau tumpul. Pada rasa sakit kronis berbeda dan lebih rumit, kadang – kadang tidak dapat ditemukan penyebab fisik yang menjelaskan rasa sakit tersebut (Lehndorff dan Tarcy, 2005).
Rasa sakit kronis merupakan rasa sakit yang berlangsung dalam jangka waktu panjang, biasanya bertahan hingga sesudah waktu penyembuhan suatu penyakit dan seringkali tidak ada penyebab yang dapat diidentfikasi dengan jelas (Lehndorff dan Tarcy, 2005).
Setiap orang melaporkan rasa sakit dengan intensitas yang berbeda – beda, rasa sakit bisa dibayangkan bisa juga nyata (Lehndorff dan Tarcy, 2005).
Dalam kedokteran, nyeri merupakan suatu usaha proteksi yang memberikan informasi terhadap adanya kemungkinan bahaya dalam kelangsungan hidup dan juga suatu latihan menghadapi lingkungan. Pengurangan rasa sakit dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita seseorang, sekaligus menghindarkan dan memulihkan suatu penyakit (Agoes, 1993).
Gigi berlubang atau karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh bahan organiknya sebagai tanda terjadinya karies, sehingga akan terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi kejaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, karies dapat dicegah pada stadium sangat dini (Kidd dan Bechal, 1991). Karies merupakan proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email terus ke dentin, karies dikenal sebagai multifactorial disease karena terdapat banyak interaksi faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya karies. Faktor utama yaitu gigi dan saliva (hospes), mikroorganisme, substrat atau makanan serta waktu sebagai faktor tambahan (Suwelo, 1992).
Menurut Tarigan (1990) kedalamannya karies dibagi menjadi tiga yaitu Caries superficialis, Caries media, Caries profunda. Pada kasus karies profunda bakteri akan menyerbu pulpa sehingga terjadilah radang pada pulpa atau infeksi pulpa (pulpitis). Orang yang menderita pulpitis akan merasakan sakit bila terkena rangsangan dingin, kemasukan makanan dan bila tersinggung sesuatu yang keras bahkan pada malam hari sering timbul rasa sakit yang luar biasa karena jaringan limfe tidak dapat menahan bakteri yang masuk, demikian sakitnya sehingga mengganggu tidur, tidak dapat menunjukkan gigi mana yang sakit, disertai sakit kepala, muka dan demam seluruh tubuh.
Perasaan sakit dapat terjadi karena :
(1). Adanya rangsangan terhadap syaraf – syaraf.
(2). Adanya tekanan yang disalurkan oleh serat tome melalui tubulus dentin yang diteruskan oleh odontoblast, dan oleh reseptor–reseptor syaraf yang terdapat pada odontoblast diterima dan dilanjutkan jaringan efferent ke otak dan diterima sebagai perasaan sakit.
(3). Timbulnya panas saat pengeburan kavitas gigi mengakibatkan penggumplan serat Tome sehingga menaikkan tekanan pada protoplasma tubulus dentin, hal ini akan menyebabkan pada ujung syaraf sehingga terjadi perasaan sakit (Tarigan, 1990).
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan – gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantara) (Anief, 1990).
Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke S.S.P (susunan syaraf pusat), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri. Sebagai mediator nyeri adalah : Histamin, Serotonin, Plasmokinin, Prostaglandin, Ion Kalium. Obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran disebut analgetik. Jenis nyeri terdiri dari nyeri ringan, nyeri ringan menahun, nyeri hebat, nyeri hebat menahun. Sakit gigi termasuk kategori nyeri ringan (Anief, 1990).
Cara pemberantasan rasa nyeri diantaranya dengan :
(1). Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer atau oleh anestetik lokal.
(2). Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik lokal.
(3). Menghalangi pusat nyeri dalam S.S.P dengan analgetik sentral (narkotik) atau dengan anestetik umum.
Sumber :
Muhzam,F, 1995, Sosialisasi Kesehatan, UI Press, Jakarta
Lehndorff, G.P., Tarcy, B., 2005, 60 Second Meredakan Rasa Sakit, Buana, Ilmu Populer, Jakarta
Kidd, M.A.E., Bechal, J.S., 1991. Dasar- dasar Karies dan Penanggulangannya, EGC, Jakarta
Agoes, A., 1993, Kapita Selekta Farmakologi dan Obat Tradisional, Angkasa, Bandung
Suwelo, I.S., 1992, Karies Gigi pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi, EGC, Jakarta
Tarigan, R., 1990, Karies Gigi, Hipokrates, Jakarta
Anief, M., 1990, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta