Pengertian Saliva, Fungsi Saliva dan pH Saliva

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Saliva, Fungsi Saliva dan pH Saliva
a. Pengertian Saliva
Saliva adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-kelenjar ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-langit. Saliva mengandung 99,5% air dan 0.5% bermacam-macam yaitu ada zat-zat seperti kalsium (zat kapur), fosfor, natrium, magnesium dan lain-lain. Mucyn adalah bahan yang dapat menyebabkan sifat air menjadi kental dan licin. Sedangkan amylase adalah enzim yang dapat memecah zat tepung menjadi zat tepung lainnya yang lebih halus dengan tujuan mencernanya, sehingga nantinya dapat diserap oleh didnding usus halus. Enzim adalah bahan yang dapat atau memang bertugas untuk mempercepat suatu reaksi bahan seperti halnya memecah bahan lain, tetapi kandungan dan sifat dari enzim itu sendiri tidak berubah dari aslinya (Ircham, dkk, 1993).
b. Fungsi Saliva
Menurut Amerongen (1991) ludah dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan berbagai cara, yaitu:
1) Pembersihan mekanis, yang dapat menghasilkan pengurangan akumulasi plak.
2) Pelumuran elemen gigi geligi, yang akan mengurangi keausan oklusi yang disebabkan oleh daya pengunyahan.
3) Pengaruh buffer, sehingga naik-turunnya derajat keasaman (pH) dapat ditekan dan dikalsifikasi elemen gigi dapat dihambat.
4) Agresasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme.
5) Aktivasi anti bakterial sehingga menghalang-halangi pertumbuhan bakteri.
c. pH Saliva
Keasaman dapat diukur dengan satuan pH. Skala pH berkisar 0-14, dengan perbandingan terbalik, di mana makin rendah nilai pH makin banyak asam dalam larutan. Sebaliknya, meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam larutan. Pada pH 7, tidak ada keasaman atau kebasaan larutan, dan disebut netral. Air ludah secara normal sedikit asam pHnya 6,5; dapat berubah sedikit dengan perubahan kecepatan aliran dan perbedaan waktu dalam sehari, titik kritis untuk kerusakan gigi adalah 5,7; dan ini terlampaui sekitar 2 menit setelah gula masuk dalam plak (Bestford, 1996).
Menurut Amerongen (1991) derajat asam saliva dipengaruhi oleh perubahan seperti:
1) Irama siang dan malam
2) Diet kaya karbohidrat akan menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut dan menurunkan kapasitas buffer, sedangkan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan karena protein sebagai sumber makanan bakteri.
3) Perangsang kecepatan sekresi saliva, misalnya mengunyah permen karet dan menaikkan kapasitas buffer.
Derajat asam yang konstan di dalam saliva, selama makan dan minum sangat penting bagi perlindungan elemen gigi geligi terhadap pengaruh asam.
Sumber :
Ircham,M., Ediati, S., Sidarto, S., 1993, Penyakit-penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan Perawatannya, Liberty, Yogyakarta.
Amerongen, A., 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti bagi Kesehatan Gigi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Bestford, 1996, Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua, Arcan, Jakarta.

Artikel Lainnya:

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :