TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) terjemahan dari Specific Instructional Objective.
Literatur asing menyebutkan pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dari general instructional objective, goal, atau terminal objective, yang berarti Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.

Dalam program Applied Approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi di seluruh Indonesia TIK disebut Sasaran Belajar (Sasbel).
Dick and Carey (1985) mengulas bagaimana Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan di Amerika untuk merumuskan TIK dengan kalimat yang jelas, pasti, dan dapat diukur sejak pertengahan tahun 1960.
Yang dimaksud dengan perumusan TIK dengan jelas adalah TIK yang diungkapkan secara tertulis dan di informasikan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dan pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang  apa yang tercantum dalam TIK.

Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu pengertian, atau tidak mungkin ditafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu, TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observe).
Perumusan TIK yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian mahasiswa dalam perilaku yang ada dalam TIK itu dapat diukur dengan tes atau alat pengukur yang lain.
Tujuan instruksional menjadi arah proses pengembangan instruksional karena didalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dicapai mahasiswa pada akhir proses instruksional.
Unsur dalam TIK dikenal dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).
Contoh TIK :
1. Jika diberikan berbagai rumus mean, deviasi standar, korelasi dan dua deret angka, mahasiswa jurusan Statistika Terapan semester kedua akan dapat menghitung korelasi minimal 90% benar.
2. Jika diberikan kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menerjemahkan kedalam kalimat pasif bahasa Inggris paling sedikit 80%.
3. Jika diberikan data ukuran tanah, keadaan lingkungannya, kebutuhan masyarakat, dan biaya yang tersedia, mahasiswa Jurusan Arsitektur semester tujuh akan dapat menggambarkan desain bangunan perkantoran dalam waktu paling lambat dua belas minggu.

Sumber :
M. Atwi Suparman, 2005, Media Instruksional, Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT), Jakarta

Artikel Lainnya:

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :