Kelainan Sendi Temporomandibuler Ditulis Oleh Sahabat Zona Prasko : drg. Windriyatna (Yogyakarta)
Definisi Sendi Temporomandibuler
Sendi temporomandibuler adalah 2 tempat (masing-masing di setiap sisi wajah, tepat di depan telinga), dimana tulang temporal dari tengkorak berhubungan dengan rahang bawah(mandibula).
Ligamen (jaringan ikat yang berbentuk seperti tali/pita, sebagai pengubung tulang-tulang atau pengikat alat-alat di dalam tubuh), tendon (ujung otot yang liat, yang melekat pada tulang) dan otot-otot menyokong persendian ini dan bertanggungjawab dalam pergerakan rahang.
Sendi temporomandibuler merupakan sendi yang paling kompleks, sendi ini membuka dan menutup seperti sebuah engsel dan bergeser ke depan, ke belakang dan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya. Selama proses mengunyah, sendi ini menopang sejumlah besar tekanan. Sendi ini memiliki sebuah kartilago (tulang rawan) khusus yang disebut cakram, yang mencegah gesekan antara tulang rahang bawah dan tulang tengkorak.
Kelainan pada sendi temporomandibuler bisa mengenai sendi dan otot-otot yang berada di sekitarnya. Sebagian besar penyebab dari kelainan sendi temporomandibuler adalah gabungan dari ketegangan otot dan kelainan anatomis pada sendi, kadang disertai faktor psikis. Kelainan ini paling sering terjadi pada wanita berusia 20-50 tahun.
Gejala-gejalanya bisa berupa sakit kepala, nyeri tumpul pada otot-otot pengunyah dan sendi keceklik atau terkunci. Kadang nyeri lebih dirasakan di dekat sendi daripada di dalamnya.
Kelainan sendi temporomandibuler bisa merupakan penyebab sakit kepala yang hilang-timbul, yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan medis yang biasa.
Kelainan sendi temporomandibuler selalu didiagnosis hanya berdasarkan kepada riwayat kesehatan penderita dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaanya berupa penekanan pada bagian samping wajah atau memasukkan jari tangan ke dalam telinga penderita dan dengan hati-hati menekan ke arah depan pada saat penderita membuka dan menutup rahangnya. Juga dilakukan perabaan pada otot-otot yang digunakan untuk mengunyah, untuk menentukan adanya nyeri atau nyeri tumpul dan untuk menentukan apakah rahang menggeser ketika penderita menggigit.
Teknik rontgen khusus bisa membantu menegakkan diagnosis. Jika diduga terjadi kelainan letak dari cakram, dilakukan antrogram.
Walaupun sangat jarang, bisa dilakukan MRI atau CT scan untuk mengetahui mengapa penderita tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang telah dilakukan. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan.
Kadang digunakan elektromiografi untuk menganalisa aktivitas otot, untuk memantau pengobatan dan untuk menegakkan diagnosis.
NYERI OTOT
Nyeri otot di sekitar rahang terutama disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan, yang seringkali bersumber dari stres psikis yang menyebabkan penderita mengatupkan atau mengertakan giginya (bruksisme).
Pada umumnya orang dapat meletakkan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manisnya secara vertikal pada ruang antara diantara bagian atas dan bawah gigi depan tanpa tekanan. Tetapi jika terdapat kelainan otot-otot di sekitar sendi temporomandibuler, ruang tersebut biasanya menjadi lebih kecil.
Biasanya timbul rasa nyeri yang sangat ringan pada sendi. Tetapi penderita lebih sering merasakan nyeri pada kedua sisi wajah selama terjaga atau sepanjang hari, setelah saat-saat yang menegangkan. Nyeri ini merupakan akibat kejang otot yang disebabkan oleh pengatupan otot dan pengertakan gigi yang berulang-ulang.
Orang-orang yang menyadari bahwa mereka melakukan gerakan mengatupkan atau mengertakan giginya dapat menghentikan kebiasaan ini. Biasanya pengobatan utama adalah pembidaian.
Pembidaian mengurangi pengatupan dan pengertakan, sehingga otot-otot rahang dapat beristirahat dan sembuh kembali. Pembidaian juga dapat mencegah kerusakan gigi karena penekanan yang luar biasa ketika penderita mengatupkan atau mengertakan giginya.
Terapi fisik yang dilakukan bisa berupa;
1. Pengobatan ultrasonik.
Merupakan suatu metode dimana diberikan panas kepada daerah yang nyeri. Jika dihangatkan dengan ultrasonik, pembuluh darah akan melebar dan darah bisa lebih cepat mengangkut asam laktat yang terkumpul, yang menyebabkan timbulnya nyeri otot.
2. Electromyographic biofeedback.
Teknik ini memantau aktivitas otot dengan sebuah meteran. Penderita berusahan untuk mengendurkan seluruh tubuh atau otot tertentu sambil melihat ke meteran. Dengan cara ini, penderita belajar untuk mengendalikan atau mengendurkan otot tertentu.
3. Obat semprot dan latihan peregangan.
Menyemprotkan pendingin kulit pada pipi dan pelipis dapat meregangkan otot-otot rahang.
4. Pemijatan gesekan.
Handuk yang kasar digesekkan diatas pipi dan pelipis untuk meningkatkan peredaran darah dan mempercepat pengangkutan asam laktat.
5. Perangsangan saraf elektrik transkutaneus.
Digunakan sebuah alat yang merangsang serat-serat saraf yang tidak menyalurkan nyeri.
Impuls (rangsangan hantaran saraf) yang terjadi diduga akan menghalangi impuls nyeri yang dirasakan oleh penderita.
Mengatasi stres seringkali membawa perubahan yang drastis.
Obat-obatan yang diberikan bisa berupa obat yang melenturkan otot, untuk menghilangkan sesak dan nyeri. Tetapi pemberian obat tidak bersifat menyembuhkan, dan tidak dianjurkan pada orang lanjut usia dan hanya diberikan dalam waktu yang singkat (biasanya 1 bulan atau kurang).
Obat pereda nyeri (misalnya anti peradangan non-steroid, contohnya aspirin) juga bisa mengurangi nyeri. Obat tidur kadang diberikan untuk membantu penderita yang mengalami kesulitan tidur karena nyeri yang timbul.
GANGGUAN INTERNAL
Pada gangguan internal (internal dearangement), cakram di dalam sendi terletak lebih depan dari posisi normalnya.
Pada gangguan internal tanpa reduksi, cakram tidak pernah bisa masuk kembali ke dalam posisi normalnya, dan pergerakan rahang menjadi terbatas.
Pada gangguan internal yang disertai reduksi (lebih sering terjadi), cakram terletak lebih depan dari posisi normalnya hanya jika mulut dalam keadaan tertutup. Jika mulut terbuka dan rahang bergeser ke depan, cakram akan masuk kembali ke dalam posisi normalnya, dan terdengar bunyi 'klik'. Jika mulut tertutup, cakram akan terdorong ke depan lagi, dan akan terdengar lagi bunyi 'klik'.
Satu-satunya gejala dari gangguan internal adalah bunyi 'klik' dalam sendi yang timbul jika mulut terbuka lebar atau rahang bergeser dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Sebanyak 20% penderita tidak menimbulkan gejala lainnya, selain bunyi tersebut.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan pada saat penderita secara perlahan membuka dan menutup mulutnya.
Jika penderita merasakan nyeri atau sulit menggerakkan rahangnya, maka diperlukan pengobatan.
Jika segera setelah timbulnya gejala penderita mencari pengobatan, dokter gigi masih mampu mendorong cakram kembali ke posisi normalnya. Tetapi jika keadaan ini telah berlangsung kurang dari 3 bulan, digunakan bisai untuk menjaga agar rahang bawah tetap mengarah ke depan.
Pembidaian akan mempertahankan cakram dalam posisinya, sehingga ligamen penyangganya semakin erat. Setelah 2-4 bulan, bidai akan disesuaikan agar dapat mengenbalikan rahang kembali ke posisi normalnya, dengan harapan bahwa cakram akan tetap tinggal di tempatnya.
Penderita diminta untuk menghindari membuka mulutnya terlalu lebar. Penderita harus menahan bila menguap, memotong-motong makanan menjadi potongan kecil-kecil, dan makan makanan yang mudah dikunyah.
Bila keadaan ini tidak dapat diatasi dengan cara-cara non-bedah, bisa dilakukan pembedahan untuk membali membentuk cakram dan menempelkannya kembali ke tempatnya. Tetapi pembedahan jarang dilakukan.
Penderita seringkali juga merasakan nyeri otot; setelah nyeri otot diobati, gejala lainnya biasanya akan menghilang juga. Lebih mudah mengatasi nyeri otot daripada mengobati gangguan internal.
ARTRITIS
Artritis bisa terjadi pada sendi temporomandibuler seperti halnya sendi lainnya.
Osteoartritis (penyakit sendi degeneratif), merpakan sejenis artritis dimana kartilago sendi mengalami pengeroposan, hal ini lebih sering terjadi pada orang tua.
Kartilago pada sendi temporomandibuler tidak sekuat kartilago pada sendi lainnya. Osteoartritis terutama terjadi jika cakramnya hilang atau telah membentuk lubang, sehingga penderita merasakan sendinya berderik pada saat membuka atau menutup mulutnya.
Pada osteoartritis yang berat, ujung tulang rahang akan menjadi rata, dan penderita tidak dapat membuka mulutnya lebar-lebar. Rahang juga bisa bergeser ke sisi yang sakit, dan penderita tidak mampu untuk memindahkannya kembali.
Tanpa pengobatan hampir seluruh gejala akan membaik setelah beberapa tahun, mungkin karena jaringan di belakang cakram membentuk jaringan parut dan berfungsi seperti cakram yang asli.
Artritis rematoid hanya terjadi sebanyak 17% pada penderita yang mengalami artritis pada sendi temporomandibuler. Jika artritis rematoid sangat berat (terutama pada orang muda), ujung tulang rahang bisa mengalami pengeroposan dan memendek.
Kerusakan ini bisa menyebabkan maloklusi (salah temu antara gigi atas dan gigi bawah) secara tiba-tiba. Jika kerusakannya parah, tulang rahang pada akhirnya akan melebur dengan tulang tengkorak (ankilosis), sehingga sangat membatasi kemampuan membuka mulut.
Artritis pada sendi temporomandibular juga bisa terjadi akibat cedera, terutama cedera yang menyebabkan perdarahan ke dalam sendi. Cedera seperti ini biasanya terjadi pada anak-anak yang tertabrak pada sisi dagunya.
Penderita osteoartritis pada sendi temporomandibuler harus mengistirahatkan sendi tersebut selama mungkin, menggunakan bidai atau alat lain untuk mengendalikan ketegangan ototnya, dan minum pereda nyeri untuk mengurangi nyerinya. Rasa nyeri akan menghilang dalam waktu 6 bulan dengan atau tanpa pengobatan. Biasanya, pergerakan rahang cukup memadai untuk aktivitas normal, walaupun rahang tidak dapat dibuka lebar seperti sebelumnya.
Artritis rematoid pada sendi temporomandibular diobati dengan obat-obatan yang digunakan untuk artritis rematoid pada sendi yang lain. Pengobatannya terdiri dari obat pereda nyeri, kortikosteroid, metotreksat dan senyawa emas.
Mempertahankan pergerakan sendi dan mencegah ankilosis sangat penting. Biasanya, cara terbaik untuk mencapai tujuan ini adalah dengan melakukan atihan dibawah pengawasan seorang terapis.
Untuk mengurangi gejala (terutama ketegangan otot), penderita menggunakan sebuah bidai pada malam hari yang tidak membatasi pergerekan rahang.
Pada ankilosis, mungkin diperlukan pembedahan dan penggunaan sendi buatan untuk mengembalikan pergerakan rahang (jarang terjadi).
ANKILOSIS
Ankilosis adalah hilangnya pergerakan sendi, sebagai akibat dari peleburan tulang di dalam sendi atau pengapuran ligamen di sekitar sendi.
Pengapuran ligamen di sekitar sendi tidak menimbulkan nyeri, tetapi mulut hanya dapat membuka selebar 2,5 cm atau kurang. Peleburan dari tulang-tulang di dalam sendi menyebabkan nyeri dan gerakan sendi menjadi amat sangat terbatas.
Kadang-kadang latihan peregangan dapat menolong penderita yang mengalami pengapuran, tetapi biasanya pengapuran atau peleburan tulang memerlukan tindakan pembedahan untuk mengembalikan pergerakan rahang.
HIPERMOBILITAS
Hipermobilitas (melonggarnya rahang) terjadi jika ligamen yang menahan sendi menjadi teregang.
Pada hipermobilitas, rahang bergeser seluruhnya ke depat, keluar dari tempatnya (dislokasi), menyebabkan nyeri dan tidak dapat menutup mulut. Hal ini bisa terjadi secara berulang-ulang.
Untuk mencegah terjadinya hal ini, jangan membuka mulut terlalu lebar, sehingga ligamen tidak terlalu teregang. Karena itu hendaknya menahan menguap dan menghindari roti lapis yang tebal dan makanan lainnya yang memerlukan mulut terbuka lebar.
Jika sering terjadi dislokasi, mungkin diperlukan pembedahan untuk mengembalikan posisi normal atau untuk memperpendek ligamen dan mempererat sendi.
KELAINAN PEMBENTUKAN
Cacat bawaan pada sendi temporomandibuler jarang terjadi. Kadang ujung tulang rahang tidak terbentuk atau lebih kecil daripada normal; atau tumbuh lecih cepat atau lebih lama daripada normal.
Kelainan tersebut bisa menyebabkan kelainan bentuk wajah dan maloklusi (salah letak gigi atas dan gigi bawah). Keadaan ini hanya bisa diatasi dengan pembedahan.
Semoga Bermanfaat.